Bupati Aceh Utara Akui Tak Mampu Tangani Banjir dan Longsor, Surati Presiden Prabowo
Aradionews.id – Sebuah momen emosional terjadi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara ketika Bupati Aceh Utara, Ayah Wa, menyampaikan pengakuan mengejutkan terkait penanganan bencana banjir dan tanah longsor yang kembali melanda wilayah tersebut.
Dalam pernyataan yang disampaikan dengan suara bergetar, bahkan sesekali menahan tangis, Ayah Wa mengatakan bahwa pemerintah daerah tidak lagi memiliki kapasitas optimal untuk menghadapi eskalasi bencana yang makin sering terjadi.
Pernyataan tersebut langsung memunculkan berbagai reaksi publik. Sebagian mengapresiasi kejujuran sang bupati, namun tidak sedikit pula yang melontarkan kritik tajam dan mempertanyakan kesiapan pemerintah daerah dalam menghadapi situasi darurat.
“Saya harus jujur, kami kewalahan”
Menurut penuturan Ayah Wa, intensitas bencana yang meningkat setiap tahun tidak sebanding dengan ketersediaan anggaran, peralatan, maupun personel. Dalam keterbatasan itu, ia mengaku tak ingin terus memberikan janji yang tak bisa dipenuhi.
“Saya harus jujur kepada masyarakat, Kami kewalahan"
Penanganan banjir dan longsor ini sudah melampaui kapasitas pemerintah daerah,” ujar Ayah Wa sambil menahan air mata.
Ia menambahkan bahwa kondisi geografis Aceh Utara yang rawan banjir memperburuk situasi, terutama ketika hujan deras turun selama beberapa hari berturut-turut.
Surat kepada Presiden Prabowo
Mengakui ketidakmampuan itu, Ayah Wa mengambil langkah besar dengan mengirimkan surat resmi kepada Presiden Prabowo Subianto. Surat tersebut berisi permohonan bantuan penanganan bencana secara menyeluruh, termasuk intervensi pemerintah pusat dalam pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir.
Ayah Wa berharap pemerintah pusat dapat memberikan dukungan teknis, logistik, dan pendanaan jangka panjang agar Aceh Utara tidak lagi terjebak dalam siklus tahunan bencana banjir yang merusak ekonomi, pendidikan, hingga kesehatan warga.
Pandangan Publik Terbelah
Pengakuan terbuka dari seorang kepala daerah jarang terjadi, terlebih ketika disertai luapan emosi. Akibatnya, respons publik pun terbelah:
Kelompok pro menilai Ayah Wa berani bersikap jujur dan objektif, serta tidak menutupi kondisi sebenarnya.
Kelompok kontra melihat pengakuan tersebut sebagai bentuk kegagalan manajemen kebencanaan di tingkat daerah.
Namun sejumlah pengamat kebijakan publik berpendapat bahwa langkah Ayah Wa menyurat kepada Presiden dapat dianggap sebagai upaya realistis guna menyelamatkan ribuan warga yang terdampak setiap tahun.
Menanti Respons Pemerintah Pusat
Hingga kini, pemerintah daerah masih menunggu respons resmi dari Presiden Prabowo. Sementara itu, relawan dan aparatur desa tetap bergerak mengevakuasi warga di titik-titik rawan banjir dan longsor.
Situasi Aceh Utara kembali menjadi sorotan nasional—bukan hanya karena bencana yang terjadi, tetapi karena keberanian seorang bupati yang memilih mengakui keterbatasan dan meminta negara hadir secara penuh.[]





