AKBP Dr. Ahzan: Menjawab Tantangan Kepemimpinan Polri di Era Digital
Aradionews.id - Dalam era keterbukaan informasi dan disrupsi digital, figur kepemimpinan di institusi negara tidak hanya dituntut profesional, tetapi juga visioner. Di tengah dinamika ini, nama AKBP Dr. Ahzan, S.H., S.I.K., M.S.M., M.H. muncul sebagai salah satu contoh langka—seorang perwira polisi yang mampu menjembatani dunia konvensional dan digital tanpa kehilangan esensi pelayanan publik.
Penghargaan “Best Inspiring and Visionary Leader 2025” yang diraihnya dalam ajang Inspiring Professional & Leadership Award 2025 bukan sekadar seremoni prestise. Ia merupakan simbol pengakuan terhadap transformasi kepemimpinan yang selama ini menjadi tantangan banyak institusi—khususnya di tubuh Polri.
Bukan Hanya Pemimpin, Tapi Pendobrak Sistem
Dr. Ahzan tidak bekerja di ibu kota. Ia memimpin di wilayah strategis namun penuh tantangan—Lhokseumawe, Aceh—yang selama ini menjadi barometer ketertiban kawasan utara Sumatra. Justru di daerah inilah, berbagai terobosan pelayanan publik berbasis teknologi dan pendekatan humanis diluncurkan. Tidak mengherankan bila sebelumnya ia telah menyabet Penghargaan Pelayanan Publik Mandiri Tingkat Polri 2024 dan peringkat pertama Kinerja Anggaran 2025 dari KPPN Lhokseumawe.
Kepemimpinan Dr. Ahzan mencerminkan perubahan paradigma. Dalam wawancara singkatnya usai menerima penghargaan di Hotel Grand Mercure, Jakarta, ia menyebut bahwa institusi tidak bisa lagi bekerja "dengan cara lama menghadapi dunia baru".
“Kita tidak sedang menjaga keamanan semata, tapi juga kepercayaan publik yang kini dibentuk melalui interaksi sosial digital. Polisi bukan hanya hadir di jalan, tapi juga harus hadir di ruang percakapan masyarakat—secara bijak,” ungkapnya.
Apresiasi dari Komunitas Pers Aceh
Penghargaan ini juga mendapat sorotan dari Dewan Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Aceh (DPP-PWA). Dalam keterangannya, Ketua Umum Maimun Asnawi, S.Hi., M.Kom.I, menilai keberhasilan Dr. Ahzan sebagai hasil dari gaya kepemimpinan yang inklusif dan akuntabel.
“Di era TikTok dan Instagram, masyarakat menjadi ‘media’ itu sendiri. Aparat tak bisa lagi bersandar pada pendekatan kekuasaan. Mereka harus paham bahwa kredibilitas dibangun lewat keterbukaan, bukan sekadar retorika,” ujar Maimun.
DPP-PWA juga menegaskan komitmen untuk tetap menjadi mitra kritis. Artinya, sinergi tidak akan mematikan fungsi kontrol, melainkan memperkuat akuntabilitas publik—sesuatu yang disambut terbuka oleh jajaran kepolisian Lhokseumawe.
Penilaian Obyektif, Proses Seleksi Ketat
Bukan tanpa alasan Dr. Ahzan terpilih. Proses seleksi yang melibatkan digital tracking, pemantauan media nasional dan lokal, serta evaluasi panel independen menunjukkan bahwa prestasi ini bukan "penghargaan pesan sponsor".
Dr. Ketut Abid Halimi, salah satu juri, menyebutkan bahwa Dr. Ahzan berhasil mengubah institusi dari dalam, tanpa sensasi.
“Pemimpin seperti ini tidak hanya memoles citra, tetapi juga mengakar pada nilai pelayanan publik. Kepemimpinannya tidak populis, tapi solutif,” kata Ketut.
Lebih dari Sekadar Piala
Kehadiran penghargaan ini menjadi cermin. Di tengah sorotan tajam publik terhadap kinerja kepolisian, sosok seperti AKBP Dr. Ahzan memberikan harapan. Bukan karena retorikanya, tetapi karena bukti nyata bahwa reformasi bukan slogan kosong.
“Saya hanya bagian dari tim. Semua yang saya capai adalah kerja kolektif Polres Lhokseumawe,” pungkasnya merendah.[]




