Kenaikan Harga Beras di Aceh: Apa yang Perlu Diketahui?
Aradionews.id – Harga beras di pasar-pasar Aceh mengalami lonjakan yang cukup signifikan dalam beberapa minggu terakhir, dan ini mulai dirasakan di berbagai kalangan masyarakat. Kenaikan ini tidak hanya terjadi di pasar tradisional, tetapi juga mulai menggerakkan pasar modern di wilayah tersebut.
Khususnya, beras premium yang selama ini menjadi pilihan utama masyarakat perkotaan kini terimbas harga yang lebih tinggi.
Menurut Nancy Ekariany, SE, M.Si.Ak, seorang Analis Kebijakan Pertama (AKP) Harga Pangan di Dinas Pangan Aceh, kenaikan harga beras memang sudah terasa sejak bulan Juni 2025. Fenomena ini, lanjutnya, tidak hanya terbatas pada Aceh, tetapi merupakan bagian dari tren nasional yang dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal.
"Saat ini, harga beras medium di Aceh sudah melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang semula Rp13,1 ribu per kilogram, kini naik menjadi lebih dari Rp14 ribu. Untuk beras premium, harganya juga naik dari Rp15,4 ribu menjadi Rp15,764 ribu per kilogram," jelas Nancy dalam dialog interaktif di PRO 1 RRI Banda Aceh.
Apa Penyebabnya?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan lonjakan harga beras ini. Faktor musiman menjadi penyebab utama, di mana Aceh saat ini berada dalam masa tanam padi, bukan masa panen. Ini menyebabkan pasokan beras dari petani lokal tidak maksimal, sehingga pasokan terbatas dan bergantung pada distribusi dari luar daerah atau cadangan pemerintah.
"Sebenarnya, penyebab kenaikan harga ini sudah menjadi hal yang biasa terjadi pada masa tanam, dan kami masih cukup memiliki stok beras yang cukup aman," ujar Nancy.
Selain itu, logistik distribusi, biaya transportasi, dan cuaca yang tidak mendukung juga memperburuk keadaan. Seiring dengan mendekatnya Idul Adha dan tahun ajaran baru, permintaan terhadap beras semakin meningkat, yang memperburuk ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.
Dampak Terhadap Masyarakat
Lonjakan harga beras ini tentu memberi dampak langsung kepada masyarakat, terutama bagi mereka yang sangat bergantung pada beras sebagai bahan pangan utama. Kebijakan pemerintah untuk memantau harga sembako dan menjaga stabilitas pasar menjadi penting agar masyarakat tidak terjebak dalam kekhawatiran berlebihan yang justru bisa memperburuk keadaan.
Nancy juga menekankan pentingnya masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terbawa emosi dengan melakukan pembelian berlebihan yang berpotensi menciptakan kelangkaan yang palsu. “Stok beras masih tersedia cukup di gudang-gudang Bulog, dan kami siap untuk mengalirkan ke pasar kapan pun dibutuhkan,” tambahnya.
Apa Langkah Pemerintah?
Pemerintah daerah terus bekerja keras untuk memantau perkembangan harga pangan. Melalui Dinas Pangan Aceh, mereka berkoordinasi dengan distributor dan pedagang untuk mengendalikan harga agar tetap wajar. Selain itu, strategi jangka panjang seperti percepatan tanam dan peningkatan produktivitas pertanian lokal juga digalakkan. Dengan begitu, diharapkan Aceh bisa lebih mandiri dalam mencukupi kebutuhan beras domestik dan mengurangi ketergantungan pada distribusi dari luar daerah.
"Kami berharap dalam waktu dekat harga beras bisa kembali stabil, terutama setelah panen mulai memasuki puncaknya di beberapa wilayah sentra produksi padi di Aceh," pungkas Nancy.
Kesimpulan:
Kenaikan harga beras ini adalah dampak dari berbagai faktor yang saling terkait. Meskipun demikian, pemerintah daerah memastikan bahwa kondisi ini masih dalam batas wajar dan stok pangan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Yang terpenting, masyarakat diminta untuk tetap tenang, tidak panik, dan membeli sesuai kebutuhan agar tidak memperburuk kondisi pasar.
Dengan upaya yang terus dilakukan oleh pemerintah dan kerjasama antara petani, distributor, dan masyarakat, diharapkan stabilitas harga pangan dapat terjaga dan tidak berlarut-larut.(aradio/ril)